Pada mulanya, para ilmuwan psikologi APA (American Psychological Association) betul-betul memegang prinsip ‘The Leona Tyler Principle’, yakni sebuah prinsip untuk tidak mempublikasikan sebuah standar keilmuan sebelum teruji dengan kuat melalui prinsip-prinsip ilmiah. Namun pada faktanya, homoseksualitas dihapus begitu saja dari daftar abnormalitas melalui jalur voting.
Adalah Nicholas A. Cummings, salah seorang mantan Presiden APA yang turut prihatin lantaran penghapusan tersebut tidak didukung oleh penelitian-penelitian ilmiah. Belakangan, diketahui bahwa APA tengah dinahkodai oleh sebagian besar kaum homoseksual, baik itu gay ataupun lesbian, walhasil, Cummings didepak oleh APA lantaran ia tidak sejalan dengan mayoritas.
Selanjutnya, APA melakukan berbagai macam penelitian yang bertujuan untuk mendukung kelompok homoseks. Penelitian tersebut sudah barang tentu tidak mengikuti kaidah-kaidah ilmiah dan bias kepentingan, sebab sejak awal, penelitian tersebut sudah ditujukan untuk menjustifikasi bahwa homoseksualitas adalah hal yang normal. Lebih dari itu, penelitian-penelitian pro-homoseks ini didukung oleh media massa yang juga sudah disetir oleh kaum homoseks, sehingga penelitian tersebut cepat tersebar di masyarakat.
Tak cukup sampai di situ, American Psychiatric Association yang kemudian dikenal sebagai ‘little APA’ pun turut dikendalikan oleh mereka. Pada 8 Maret 2016, ‘little APA’ ini menegur Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia atau PDSKJI karena ada psikiater Indonesia yang mengatakan bahwa homoseksual dapat disembuhkan. Tentunya, teguran semacam ini, tidak lain merupakan sebuah penyalahgunaan keilmuan yang dijadikan alat pukul untuk memuluskan kepentingan.
Jika demikian, maka secara praktis, APA sudah menjadi sebuah organisasi politik untuk kaum homoseksual.